9 Summers 10 Autumns, Iwan
Setyawan
Bangunan fisik rumah yang kecil dan apa adanya, melahirkan ruang yang besar pada hati kami untuk menerima kehidupan, betapapun kecilnya kebahagiaan yang kami terima. Kami tumbuh dalam lima detak jantung, dalam satu hati.
Aku telah menyimpan kisah ini begitu lama, dan baru sore ini aku bisa
berdamai dan melepaskan kisah ini.
Hatinya menempel di lantai rumah ini, melekat begitu kuat. Ia seakan
lupa, ia mempunyai masa muda.
Membuka kenangan lama yang terhampar di belakang memberikan makna baru
dalam hidup. Memberikan apresiasi baru terhadap keberhasilan ataupun kegagalan
saat ini.
Ia tak pernah meminta, ia hanya menerima. Ia mengerti ketidakmampuan
kami.
Anak kecil bercita menjadi presiden, hanya karena tidak ada inspirasi di
sekitar mereka. Inspirasi di sekitarku begitu kecil tapi begitu dekat, seakan
aku terlahir dari mereka.
Aku melihat kompetisi yang baru. Aku lebih sering bangun pagi sekali dan
belajar lebih lama. Aku mulai memegang api di tanganku dan baranya terasa
panas.
Selalu ada pertarungan besar di hatiku. Kadang aku paksakan bergabung
dengan kegiatan sosial. Karena kesedihan yang dalam akan membunuh pada
akhirnya.
Kalau ada air mata perenungan, itu menjadi kue tart ulang tahunku, sebab air mata pun membuat garis kehidupan ini indah.
Aku kemudian merangkum perayaan ini dengan salat malam, memberikan ruang
untuk kenangan lama kembali ke tempatnya. Melupakan rahasia hidup sejenak,
sebelum mereka muncul dan menghantuiku kembali.
Berlatihlah untuk sulit meminta, karena yang lebih mulia ialah memberi,
dan jika Allah berbaik hati, kamu hanya perlu menerima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar