Jumat, 03 Maret 2017

Enam Petik: Ketika Cinta Bertasbih II



Ketika Cinta Bertasbih II, Habiburrahman El Shirazy
Memberi maaf itu membuka belenggu sakit hati.

Sekotor - kotornya manusia, pintu ampunan Allah terbuka lebar.

Sejarah mencatat, prestasi terbesar dilahirkan oleh mereka yang hampir tidak punya waktu istirahat. Kerja keras dengan berpikir cerdas. Keterbelakangan disebabkan karena kemalasan.

Hari adalah kumpulan waktu. waktu modal umat. Jika satu haru kita bermalas – malas, berarti satu hari milik Indonesia sia – sia, tidak produktif.

Sibuk beda dengan produktif, seperti kincir angina.

Man atsbata li nafsihi tawadhuan fahuwa al mutakabbiru haqqan, Siapa yang yakin dirinya merasa tawadhu, maka dia benar – benar takabur.

Orang yang benar – benar tawadhu adalah orang yang jika merendahkan diri merasa bahwa dirinya masih berada di bawah sesuatu yang dilakukannya. Misal orang yang terpaksa duduk di depan majlis, tapi merasa lebih pantas di belakang.

Syarat yang menjadi sebab akad nikah harus dipenuhi. Selama syarat tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan pernikahan, dan bermanfaat bagi istri dan anak, serta istri masih bisa menunaikan kewajiban:

Hai orang – orang beriman penuhilah janji.

Pesantren sebagai tuan rumah memiliki aturan untuk lingkngannya, agar menjaga aurat. Seperti tuan rumah melarang tamunya memakai sandal kotor masuk rumah.
Orang yang mengumbar auratnya cuek pada diri sendiri, bagaimana orang lain peduli?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar