Cukup membuat heboh, satu mobil penyuluh beserta pimpinan Dinas Perikanan hadir, padahal kegiatan pelatihan baru akan dilaksanakan beberapa hari setelahnya. Ternyata kami saling salah memahami pesan. Pada hari itu, kami mengundang penyuluh dalam uji coba produksi, yang hanya bersama kami mahasiswa, sedangkan bapak ibu penyuluh memahami kegiatan uji coba adalah bersama ibu pkk. Akhirnya, kena tegur wkw. Meski perih, kami belajar untuk memilih ikhlas dan tegar, namanya juga kkn.
Menjual 100
nugget kemasan ternyata berat wkw, seringkali harus menjual nama almamater universitas
agar laku :’). Selama 2 minggu kami bergantian menjual nugget kemasan. Sehari
terjual 2 buah, hari lain terjual belasan, seusai PEDA, masih tersisa beberapa
kemasan yang akhirnya diberikan untuk warga. Respek untuk tim yang berkenan kerja
keras, motoran jauh tanpa helm, jalan jauh untuk pinjam motor warga, bawa
produk ber kilo kilo, keliling jualan ber panas panas macam danusan lagi, haus
karena teriak dan pegel pegel menawarkan produk, kehujanan, bahkan pulang jam 8
malam. Jadi paham, ternyata kalian orang
hebat!
Dari PEDA kami
belajar, beberapa evaluasi untuk permulaan umkm di Bengkulu yakni biaya
produksi harus minimal dengan memperbaiki proses produksi, misal efisiensi proses
fillet. Selain itu, pelaku usaha perlu membentuk budaya konsumsi masyarakat agar
familiar dengan produk makanan kemasan seperti nugget, dapat dimulai dengan
diskon dan iklan social media. Target pasar lebih baik dikhususkan untuk warga
perkotaan dan wanita karir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar